Selasa, 22 Februari 2011

Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna (Anonim, 2010).
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Dunia pendidikan khususnya di sekolah, memegang peranan penting dalam proses belajar selain instasi sekolah adalah adanya kerjasama antara guru dan siswa. Seorang guru memegang peranan penting dalam membentuk siswanya. Tidak hanya membentuk dalam bentuk pola pikir atau pengetahuan, seorang guru juga dituntut untuk dapat membentuk siswanya dari segi tingkah laku dan emosional siswa.Seorang guru juga berperan sebagai pengganti orang tua atau orang tua kedua bagi siswa disekolah. Sehingga seorang guru harus dapat dan mampu memberikan contoh yang posistif atau memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Di sekolah sering sekali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong dan memberi semangat bagi anak didiknya agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh (Sutiyono, 2010).
Perlu diingat bahwa nilai baik atau buruk pada suatu pelajaran tertentu belum tentu disebabkan karena hasil dari kemampuan berfikir seorang siswa. Karena sering kali terjadi bahwa seorang siswa dapat belajar dan menghasilkan nilai yang baik atau seorang siswa dalam belajar memilki tingkat kemalasan yang luar biasa karena bersumber dari dirinya, tetapi sering juga hal-hal tersebut disebabkan karena kurang mampunya seorang guru memberi contoh dan motivasi yang positif kepada siswanya (Sutiyono, 2010).
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa secara tepat. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif (Sudrajat, 2008).
Banyak bakat anak atau sorang siswa tidak dapat berkembang kerena tidak memperoleh motivasi yang tepat. Kerena jika seseorang mendapatkan motivasi yang tepat , maka tenaga-tenaga yang luar biasa yang terdapat di dalam diri akan dapat terlepas sehingga hasil-hasil yang diingikan akan dapat tercapai secara maksimal. Pemberian motivasi erat kaitannya dengan psikologi pendidikan. Dengan perpatokan dengan masalah tersebut maka penulis dalam penyusunan malakah, menembil judul �Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan�.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah motivasi itu?
2. Apa tujuan dari motivasi itu?
3. Apa saja macam motivasi itu?
4. Apakah belajar itu ?
4. Bagaimanakah karakteristik pesrta didik?
5. Bagaimana peran guru dalam memberikan motivasi terhadap siswa?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yakni :
1. Untuk mengetahui arti motivasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari motivasi
3. Untuk mengetahui macam motivasi
4. Untuk mengetahui arti belajar
4. Untuk mengetahui karakteristik peserta didik
5. Untuk mengetahui peran guru dalam memberikan motivasi terhadap siswa

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu
1. Memberikan gambaran kepada seorang guru agar dapat memberikan yang terbaik bagi siswa.
2. Memberikan pengetahuan tentang profesi seorang guru yang baik.
3. Memberikan pengetahuan tentang motivasi yang berperan sebagai suatu pemacu dan pendorong dalam proses pendidikan.
4. Memberikan motivasi untuk menjadi seorang guru yang patut digugu dan ditiru di percaya dan dapat dicontoh bagi siswanya.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


1. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti bergerak. Menurut McDonald, “Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992).
Henry E Garet dalam (Anonim, 2010) dikutip dalam buku Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, motivasi adalah motive is a need, aspiration, ambition, or purpose (motivasi adalah berupa kebutuhan, aspirasi, hasrat atau tujuan).
Konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Pada tahun 1943, pakar psikologi motivasi Abraham Maslow memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang menjadi terkenal. Moslow dalam Ahira (2010) menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, yaitu :
1. Psikologi
Kebutuhan dasar yang utama. Antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk bertahan hidup
2. Keamanan
Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional
3. Cinta
Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki
4. Penghargaan
Kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan.
5. Aktualisasi diri
Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi. Untuk menjadi terbaik adalah kesanggupan dari menjadi apa.
Clayton Alderfer dalam Ahira (2010) mengembangkan sebuah teori alternatif dari kebutuhan manusia pada akhir 1960an. Teori ini membedakan kebutuhan yang telah dikembangkan oleh Maslow menjadi tiga level dari yang terendah sampai tertinggi yaitu kebutuhan-kebutuhan eksistensi (Existence Needs) yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan, kebutuhan-kebutuhan hubungan (Relatedness Needs) yang berfokus pada bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan sosialnya, kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan (Growth Needs) yang meliputi kebutuhan akan tumbuh sebagai manusia pada umumnya dan menggunakan kemampuannya untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Alim (2010), berbagai arti motivasi dalam perspektif psikologi, yaitu:
1. Perspektif Behavioral
Menurut Emmer (2000) dalam Alim (2010), menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.
2. Perspektif humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
3. Perspektif kognitif
Perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif mengusulkan konsep menurut White (1959) tentang motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.
4. Pespektif Sosial
Menurut Baker (1999) dan Stipek (2002) dalam Alim (2010), kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sifat akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
3. Tujuan motivasi
Tujuan dari motivasi ialah sarana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagi seorang guru , tujuan dari motivasi adalah dapat menggerakan atau memacu para siswa agar dapat timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Suatu tindakan memotivasi atau memberikan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh pihak yang diberi motivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan diberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian yang akan dimotivasi, termasuk di dalamnya antara seorang guru dan siswanya. Sebagai contoh, seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya diri, di samping iti timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas (Purwanto, 2007).
Menurut Hamalik (1992) fungsi motivasi yaitu :
1. mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan
3. sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

3. Macam motivasi
Menurut Anonim (2010), motivasi dibedakan atas 3 macam berdasarkan sifatnya:
1. Motivasi takut atau fear motivation, yaitu individu melakukan suatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut. Dalam hal ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut, misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan hukuman dan sebagainya.
2. Motivasi insentif atau incentive motivation, yaitu individu melakukan sesuatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif, bentuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan honorarium, bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain
3. Motivasi sikap atau attitude motivation/self motivation sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek, motivasi ini lebih bersifat intrinsic, muncul dari dalam individu, berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrintik yang datang dari luar diri individu.
Menurut Muhibbin Syah dalam Anonim (2010), berpendapat dalam buku psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, bahwa motivasi dapat dibedakan 2 macam :
1. Motivasi Intrinsik
Hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar
2. Motivasi Ekstrinsik
Hal dan keadaan yang datang dari luar individu
Menurut Sardiman (2001), macam-macam motivasi yaitu :
1. Motivasi Ekstrinsik dan intrinsik
Motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seorang siswa belajar karena ingin mendapat pengetahuan, nilai, atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.
2. Motivasi Jasmaniah dan rohaniah
Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah seperti momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.
3. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a. Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.
b. Motif-motif darurat meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan untuk memburu
c. Motif-motif objektif menyangkutkebutuhan untuk melakkan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
4. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a. Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. Sebagai contoh dorongan untuk bekerja, dorongan untuk makan dan minum, dorongan untuk bekerja, dorongan seksual.
b. Motif-motif yang dipelajari
Motif ini timbul karena dipelajari. Sebagai contoh, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.
4. Belajar
Menurut Sardiman (2001), definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Cronbach memberikan definisi “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience
2. Harold Spears memberikan batasan “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follw direction.
3. Geoch, mengatakan “Learning is a change in performance as a result of practice”
Belajar dalam arti luas sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar dalamarti sempit sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Secara Umum, belajar sebagai proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori (Sardiman, 2001).
Menurut Sardiman (2001), tujuan belajar yaitu :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2. Penanaman konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
3. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri.
Faktor-faktor psikologis dalam belajar memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Menurut Thomas F Staton dalam Sardiman (2001) menguraikan enam factor psikologis itu yaitu : motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan ulangan. Ada juga yang mengklasifikasikan factor-faktor psikologis dalam belajar yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, dan motif (Sardiman, 2001).

5. Karakteristik peserta didik
Peserta didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi siswa, mahasiswa, warga belajar, pelajar, murid serta santri. Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri (Anonim, 2009).
Menurut Hamzah (2007) dalam Fauzi (2010), karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Menurut Anonim (2009), ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau Prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik peserta didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik peserta didik senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaranyang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan belajarbagi setiap peserta didik. Adapun karakteristik peserta didik yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain: kondisi fisik, latar belakang, pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia, tingkat kematangan, ruang lingkup minat dan bakat, lingkungan sosial ekonomi dan budaya, faktor emosional, faktor komunikasi, intelegensia, keselaran dan attitude, prestasi belajar, motivasi dan lain-lain (Anonim, 2009).
Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut
1. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
2. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
3. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.
4. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
5. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
6. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
7. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
8. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
9. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

5. Peran guru dalam memberikan motivasi belajar peserta didik
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para peserta didik. Guru harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya. Tiap guru berusaha memotivasi semua peserta didik dengan teknik yang sama sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motivasi peserta didik (Hamalik, 1992).
Menurut Sardiman (2010), peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar sangat perlu diperhatikan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu :
a. Memberi angka
Angka merupakan nilai kegiatan belajarnya. Angka-angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Guru perlu mengaitkan angka tersebut di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, ungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat otivasi untuk endorong belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
f. Mengetahui hasil
Jika siswa telah mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang erhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negative tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga minat merupakan alat motivasi yang pokok.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan emahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat erguna dan enguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Motivasi siswa muncul berdasarkan karena adanya suatu kebutuhan tertentu. Sebagai bentuk kebutuhan siswa di lingkup pendidikan ialah sebagai berikut :
1. Kebutuhan jasmaniah atau proses-proses jasmaniah. Kebutuhan ini paling mendasar, walaupun nampak sederhana dan langsung, tetapi merupakan kebutuhan yang lebih tinggi dan kompleks dan abstrak karena bertalian dengan jalinan hubungan-hubungan antara manusia.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Seorang anak biasanya memiliki rasa ketakutan dan kekhawatiran yang sulit diketahui oleh orang dewasa. Maka dari itu, walaupun tidak disengaja seorang dewasa yang dapat memberikan rasa aman kepada mereka. Mereka aka merasa senang dan nyaman. Tetapi pada perkembangannya, dengan melihat kebiasaan anak tersebut dapat ditemukan solusinya dengan pengalaman tindakan yang dilakukan orang dewasa dalam menghadapi si anak.
3. Kebutuhan untuk dicintai (kasih sayang). Kebutuhan kasih sayang sangat kuat dan fundamental bagi manusia. Tanpa kasih sayang, anak-anak tidak akan berkembang dengan normal, bahkan hidupnya kurang berhadiah.
4. Kebutuhan akan status dan diterima oleh kelompok.
5. Kebutuhan akan adanya perasaan memadai, kreativitas, dan ekspresi diri.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan siswa di atas, seorang murid akan memiliki motivasi dalam belajar bilamana seorang guru memiliki karakter yang dapat memenuhi kebutuhan siswa. Karakter yang dibutuhkan siswa dan hendanya terdapat di dalam seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Demokratis. Guru memberikan kebebasan kepada anak di samping mengadakan pembatasan-pembatasantertentu, tidak bersifat otoriter, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan.
b. Suka bekerja sama. Guru yang suka bekerja sama bersikap saling memberi dan saling menerima yang dilandasi oleh kekeluargaan serta toleransi yang tinggi.
c. Baik hati. Guru yang baik hati bersikap suka memberi dan berkorban untuk anak didiknya.
d. Sabar. Guru yang sabar tidak suka marah dan tidak mudah tersinggung serta suka menahan diri.
e. Adil. Guru yang adil tidak bersikap membeda-bedakan anak dan memberi anak sesuai dengan kesempatan yang sama bagi semuanya.
f. Konsisten. Guru yang konsisten selalu bersikap dan berkata sama bagi semuanya.
g. Bersifat terbuka. Guru yang bersifat terbuka akan bersedia menerima kritik dan saran, serta jika perlu mengakui kekurangan dan kelemahannya.
h. Suka menolong. Guru yang suka menolong senantiasa siap membantu anak-anak yang mengalami kesulitan atau masalah tertentu.
i. Ramah-tamah. Guru yang ramah-tamah mudah bergaul dan disenangi oleh semua orang, tidak sombong, dan bersedia bertindak sebagai pendengar yang baik di samping sebagai pembicara yang menarik.
j. Suka humor. Guru yang suka humor banyak disenangi oleh anak-anak dengan kepandaiannya membuat anak-anak menjadi gembira dan tidak tegang atau terlalu serius.
k. Kreatif. Guru yang kreatif dan memiliki berbagai minat akan merangsang siswa dan dapat melayani berbagai keinginan anak.
l. Paham. Guru yang memahami dan menguasai bahan pelajaran dapat menyampaikan materi pelajaran dengan lancardan menumbuhkan semangat di kalangan anak
m. Fleksibel. Guru yang tidak bersikap kaku akan mudah bergaul dengan anak tanpa dibatasi umur atau status.
n. Perhatian. Guru yang perhatian akan membuat murid merasa senang dan diperhatikan.
Menurut Sutikno (2007), ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Hamalik (1992) guru dapat membantu siswa yang mendapat kesulitan dengan memberikan petunjuk, demonstrasi, karyawisata, dan survai; memberikan kesempatan yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide, dan menyediakan situasi belajar yang baik; memberikan bimbingan dan latihan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokratis. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan yaitu 1) pujian lebih efektif daripada hukuman, 2) semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan, 3) motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar, 4) jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinforcement), 5) motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain, 6) pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi, 7) tugas-tugas yang ersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru, 8) pujian-pujian yang datang dari luar kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya, 9) teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa, 10) minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya, 11) kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai, 12) tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa, 13) motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa, 14) kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar, 15) kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik, 16) tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi, 17) tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.
Menurut E. Mulyasa (2003) dalam Sudrajat (2008) untuk membangkitkan motivasi belajar siswa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Siswa akan belajar lebih giat apabila topic yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya
2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan elas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai.
3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya
4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan
5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa
6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti perbedaan kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasaan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri
Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Pembelajaran dikatakan baik jika tujuan awal, umum dan khusus tercapai. Orang dewasa yang mempunyai need to know / kebutuhan akan keingintahuan yang tinggi, mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal psikologis mereka. Motivasi belajar tentu berkaitan dengan psikologis peserta didik. Terkadang, motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab, berikut dijabarkan berbagai sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik :
• Kehilangan harga diri
Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi tutor/guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang dan tidak menyinggung perasaan orang lain merupakan hal yang harus diperhatikan tutor/guru untuk peserta didik orang dewasa. Contohnya; jika seorang peserta didik orang dewasa dihukum dengan cara maju kedepan dan menjewer kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak akan respek lagi terhadap guru/tutornya dan mungkin materi serta keseluruhan proses belajarnya. Bahkan ia dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya.
• Ketidaknyamanan fisik
Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.
• Frustasi
Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Tutor/guru seharusnya dapat memahami apa yang dihadapi peserta didiknya. Tutor/guru harus dapat menyampingkan rasa frustasi peserta didiknya dengan menjadikan proses pembelajaran sebagai sesuatu yang menyenangkan dan refreshing.
• Teguran yang tidak dimengerti
Orang dewasa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman luas ttapi juga prasangka yang besar pula. Jika tutor/guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya. Contohnya, tutor/guru yang kesal dengan peserta didiknya yang terlambat menacung-acungkan jari dengan cepat kepada peserta didik tersebut. Peserta didikorang dewasa tersebut tentu bingung dan berfikir apa yang salah dengannya, dan ia berinisiatif untuk tidak menghadiri kelas tersebut, mungkin untuk selamanya.
• Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan
Tutor/guru yang tidak memahami peserta didiknya dan mempunyai jam terbang rendah, nampaknya kesulitan dan dapat saja ia lupa atau sengaja untuk menampilkan soal-soal ujian yang sulit atau belum diajarkanya karena berbagai sebab. Peserta didik orang dewasa yang mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan tutornya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.
• Materi terlalu sulit/mudah
Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikantutor/guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.
• Persaingan yang tidak sehat
Setiap peserta didik orang dewasa mempunyai perbedaan satu sama lainya. Kadang-kadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.
• Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang, peserta didikorang dewasa akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar. Contohnya, presentasi disajikan dengan huruf yang terlampau kecil sehinga sulit untuk dibaca, warna yang ditampilkan tidak menunjukan gradasi yang jelas, atau penyaji hanya menggunakan metode ceramah saja, dll.
• Pelatih/fasilitator tidak menaruh minat
Tutor dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, peserta didikorang dewasa akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada penurunan motivsi belajar mereka.
• Tidak mendapatkan umpan balik
Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen komunikasi antar individu. Peserta didik orang dewasa dan tutor/guru selayaknya mendapatkan umpan balik satu dan lainnya. Jika hal ini tidak terjadi, peserta dan tutor/guru akan mengarah pada komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses pembelajaran yang seharusnya. Peserta tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dan begitu juga guru/tutor tidak mendapatkan respon dari peserta. Penurunan motivasi belajar tentu terjadi karena hal tersebut. Contohnya, tutor yang mengajar dengan hanya metode ceramah tanpa melakukan diskusi dan melontarkan pertanyaan, juga tidak memperhatikan peserta didiknya (mengacuhkan) akan tidak mendapat umpan balik yang diperlukan untuk melihat sejauh mana peserta didik menguasai materi. Begitu juga peserta didik yang melihat tidak adanya kesempatan bertanya dan berpendapat dan mengkritisi materi, akan merasa bosan dan menganggap umpan balik dari guru/tutor tidak ada. Mereka dapat segera keluar dari kelas tanpa dipedulikan tutor/gurunya.
• Harus belajar dengan kecepatan yang sama
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pesrta didiknya memiliki perbedaan baik dalam hal kecepatan daya serap atau pengalaman dan kemampuan lainnya. Jikatutor memberikan pola pengajaran yang kecepatannya sama tiap-tiap peserta didik, dikhawatirkan akan terjadi kebosanan pada pesrta didikorang dewsa yang lebih cepat penyerapannya dan terjadi rasa frusrtasi yang sangat bagi peserta didik yang proses penyerapannya lambat. Kedua hal ni dapat menurunkan motivsi belajar pesrta didikorang dewasa.
• Berkelompok dengan peserta yang sama sama kurang
Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk tutor/guru agar peserta didik dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan tutor/guru. Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak akan berjalamn baik. Proses yang diharapkan guru/tutor agar saling mengisi dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh anggorannya berkemampuan rendah. Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.
• Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya
Tingkah laku orang dewasa dipengaruhi oleh pemahamannya. Peserta didik orang dewasa mempunyai karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing/tutor tidak dapt memaksakan kehenaknya kepada peserta didiknya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, peserta didik orang dewasa akan bertindak tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam hatinya dan mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya. Contohnya, seorang peserta didikorang dewasa yang cerdas dan biasa mengutarakan pendapatnya dengan gamblang dan selalu kritis, dalam suatu pembelajaran kelas, tutor mengharapakan tidak ada satupun peserta yang bicara, berpendapat atau bertanya dan mengkritisinya dikelas. Peserta didik orang dewasa ini berfikir dan berprasangka bahwa tutor orang yang otoriter dan kemampuan argumentatifnya rendah juga kemampuan pemahaman materinya rendah pula. Peserta didik ini pun dengan sukarela akan dapat meninggalkan kelas secepatnya dan tidak kembali lagi.
BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru secara tidak langsung berperan sebagai sumber motivasi selain sebagai seorang pendidik bagi anak didiknya (siswa). Motivasi merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam proses pendidikan. Karena motivasi akan dapat memberi semangat atau dorongan terhadap siswa agar dapat dengan giat mengikuti proses pendidikan khususnya proses pendidikan di sekolah. Guru berperan sebagai sumber motivasi yang dibutuhkan oleh siswanya. Dengan terpenuhinya kebutuhan siswa yang berpedoman terhadap karakteristik seorang guru yang menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, siswa pun akan dapat memiliki motivasi dalam belajar. Maka sebagai dampak positif dari itu semua proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pendidikan pun akan dapat tercapai.










DAFTAR PUSTAKA



Ahira anne. 2010. Motivasi Belajar. http://www.anneahira.com/motivasi/index.htm. Diakses tanggal 12 Oktober 2010
Alim, Baitul Muhammad. 2010. Motivasi Dalam Pendidikan. http://www.psikologizone.com/motivasi-dalam-pendidikan. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Anonim. 2007. Faktor-Faktor Yang Menurunkan Motivasi Belajar Peserta Didik. http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/15/faktor-faktor-yang-menurunkan-motivasi-belajar-peserta-didik/. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Anonim. 2009. Makalah Peserta Didik. http://www.bloggingbucks.info/2009/12/makalah-peserta-didik.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Anonim. 2010. Psikologi Pendidikan. http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_pendidikan. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Fauzi, Ahmad. 2010. Analisis Karakteristik Siswa. http://ahmadfauzimpd.wordpress.com/2010/04/02/analisis-karakteristik-siswa/. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar baru Algensindo. Bandung.
Purwanto, N, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sofa, Pakde. 2008. Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. http://massofa.wordpress.com/2008/04/10/implikasi-karakteristik-peserta-didik-terhadap-penyelenggaraan-pendidikan/. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutikno Sobry M. 2007. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa
http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Sutiyono, Feriyanto. 2010. Guru Sebagai Sumber Motivasi Dan Inspirasi Siswa. http://ilmuagamabuddha.byethost12.com/berita-134-guru-sebagai-sumber-motivasi-dan-inspirasi-siswa.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Peran Guru sebagai Motivator dalam KTSP. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/22/peran-guru-sebagai-motivator-dalam-ktsp. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengembangan Aktivitas, Kreativitas dan Motivasi Siswa. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/pengembangan-aktivitas-kreativitas-dan-motivasi-siswa. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar